Editor : wislysusanto | Penulis : Sarimon Guru SDN 12 Bantan Kecamatan Bantan, Ben
Sekolah bukan hanya tentang konsep belajar. Sekolah merupakan tempat di mana dapat membentuk karakter siswa dan dibangun untuk menjadi pelajar dan orang dewasa yang terhormat.
Setiap sekolah harus menetapkan nada rasa hormat, kejujuran dan kebaikan yang tulus untuk semua siswa. Suka atau tidak suka, guru adalah panutan bagi siswa dan dapat memberikan contoh karakter yang baik setiap hari di kelas.
Penguasaan keterampilan dan sikap yang baik, menjadi indikator keberhasilan sebuah pembelajaran sekaligus kesuksesan tujuan pendidikan. Guru yang berkarakter baik, memiliki peluang melahirkan siswa yang berkarakter lebih baik.
Namun, pembentukan karakter juga dapat dilakukan secara proaktif melalui tindakan dan kegiatan yang direncanakan di dalam kelas. Kegiatan kelas ini akan mendorong siswa untuk mengembangkan dan mengadopsi prinsip dan perilaku etika berkualitas yang dapat bertahan jauh di luar kelas.
Berikut adalah tujuh cara membangun karakter di dalam kelas atau cara membentuk karakter siswa di sekolah:
Peran guru sebagai pendidik, merupakan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan atau dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplikan anak agar menjadi patuh terhadap aturan-aturan di sekolah.
Peran guru sebagai model atau contoh. Bagi anak, guru harus memberi contoh yang baik kepada peserta didik, karena setiap anak mengharapkan guru sebagai contoh atau model baginya. salah satu ciri guru adalah mampu menjadi contoh bagi siswa-siswinya.
Ki Hajar Dewantara mengajarkan ing ngarso sung tuladha yang artinya seorang guru memberikan contoh yang baik. Disadari atau tidak, seorang guru adalah pusat perhatian siswa.
Setiap perkataan, tindakan dan perilaku guru akan mendapat penilaian dari siswa. Oleh karena itu, guru harus pandai dalam menjaga sikap dan perilaku dimanapun dan kapanpun supaya dapat memberikan contoh yang terbaik.
Dikatakan bahwa karakter dapat diukur dengan apa yang akan dilakukan seseorang jika tidak ada yang melihat. Karakter sejati ditanamkan pada level yang dalam sehingga perilaku positif menjadi otomatis.
The Josephson Institute of Ethics mendefinisikan pilar utama karakter yang mencakup: kepercayaan, tanggung jawab, rasa hormat, kepedulian, keadilan dan kewarganegaraan. Keberanian, ketekunan, dan integritas terkadang juga disertakan.
Guru/pendidik harus mengenal muridnya dengan baik. Tujuannya adalah agar guru dapat menawarkan solusi yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Sebab murid memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru harus dapat memahami perbedaan karakter tiap individu.
Cara pandang guru terhadap murid harus diubah, murid bukan objek melainkan subjek. Guru tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan melainkan lebih dari itu, guru sebagai pendidik harus memberikan pengaruh dan teladan.
Peran guru dalam sudut pandang ini adalah upaya secara terus menerus dalam proses pemberian bantuan kepada anak didik agar anak didik dapat mengenali diri dan bertingkah laku secara wajar.
Menurut Adam &Dickey, "Peran guru sesungguhnya sangat luas yaitu guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai ilmuan dan guru sebagai pribadi. Guru merupakan orang tua kedua bagi para siswa, setelah kedua orang tuanya di rumah.
Betapa pentingnya peran yang dimiliki sehingga guru dinilai sebagai sosok berpendidikan yang diharapkan mampu mendidik anak bangsa dan membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter Indonesia.
Guru tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja disekolah, namun lebih dari itu guru diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai positif pada siswa, karena guru merupakan role model bagi para siswanya.