DURI - Lambas Hutabarat tampak begitu gigih menimbulkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kebersihan lingkungan. Rasa optimis dan kepeduliannya begitu tinggi. Baginya, bisa menjadi Direktur Bank Sampah Pematang Pudu Bersih merupakan impian terbesar sejak dulu.
"Jadi, Bank Sampah Pematang Pudu Bersih ini sudah menjadi impian terbesar saya sejak dulu," ungkap Lambas kepada Metro Riau, Kamis (22/8/2024).
Pria berdarah Batak campuran Sakai ini dulunya bekerja di PT HHI Kontraktor Chevron. Perjuangan Lambas membangun Bank Sampah Pematang Pudu Bersih di Jalan Bakti Kopelapip, Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau ini patut dijadikan contoh.
Perjalanannya membangun dan mempertahankan bank sampah, banyak diterpa rintangan. Tak semudah yang dibayangkan. Butuh kesabaran.
Sejak tahun 2012, ia memiliki impian bagaimana agar Kelurahan Pematang Pudu bisa bersih. Bahkan ia telah menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya untuk mengedukasi masyarakat agar peduli terhadap kebersihan lingkungan. Namun, keterbatasan biaya membuat impiannya memiliki bank sampah belum terwujud.
Kala ia berusia 2 tahun pindah ke Duri, kawasan Pematang Pudu masih hutan. Masyarakat Pematang Pudu bisa dibilang memiliki kebiasaan buruk. Ketika hendak pergi bekerja, mereka selalu membawa sampah dari rumahnya. Kemudian dibuang begitu saja di pinggir jalan.
Sehingga, banyak sampah menumpuk dan berserakan di sepanjang jalan Kelurahan Pematang Pudu.
Mengingat hal itu, di tahun 2012, saat Karang Taruna Pematang Pudu menggelar kegiatan sosial, yakni gotong royong bersama, Lambas berinisiatif merutinkan kegiatan tersebut sekali sebulan.
Sampai pada akhirnya, terbentuklah sebuah kelompok pemuda. Di dalam kelompok tersebut, tergabung pemuda RW2, RW15 dan RW16. "Kelompok inilah yang sejak tahun 2012, selalu bergotong royong membuang sampah masyarakat di pinggir jalan Kelurahan Pematang Pudu," jelas Lambas.
Tak hanya sekedar gotong royong bersama, ia bersama kelompok pemuda tersebut juga turut mengajak dan mensosialisasikan agar masyarakat Pematang Pudu bisa lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan, dengan tidak lagi membuang sampah sembarangan.
Namun, setelah kegiatan sosial itu berjalan cukup lama, banyak dari anggota kelompok tersebut mundur, karena terkendala dana operasional. Hal itu, mengharuskan Lambas memutar otak, memikirkan bagaimana supaya bisa membantu dana operasional anggota kelompok. Terlebih ia belum memiliki pendanaan yang cukup serta dukungan pihak lain.
Walau begitu, persoalan tersebut tidak membuat semangat Lambas luntur dan membubarkan kelompok tersebut. Justru sebaliknya, ia semakin gigih dan yakin bisa mengatasi persoalan itu.
Memanfaatkan Sampah Yang Memiliki Nilai Ekonomi
Dari sana, muncullah ide Lambas memanfaatkan sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomi. Seperti sampah kaleng, plastik dan kertas untuk di jual ke pengepul.
"Saat itu kita mulai memanfaatkan sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomi untuk ditukarkan menjadi uang, guna membantu dana operasional," ujar Lambas.
Alhasil, ide memanfaatkan sampah tersebut cukup efektif. Walaupun nilainya tidak tinggi, namun dapat membantu pendanaan operasional anggota kelompok.
Seiring berjalannya waktu, ternyata kegiatan tersebut mendapat perhatian dari pihak Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang kala itu bernama PT Chevron Pacific Indonesia. PHR memberikan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) di tahun 2015 kepada Lambas berbentuk pembinaan melalui pihak ketiga.
Ibarat kata Jawa kuno, "wong sabar rejekine jembar, ngalah urip luwih berkah". Orang yang bersabar cenderung mendapatkan rezeki yang lebih luas dan hidup yang lebih diberkahi. Inilah yang dirasakan Lambas saat mendapat bantuan dari PHR.
"Awalnya dari sana, di 2015, kita mendapat bantuan pembinaan bersama Yayasan Kehati dan Yayasan Kumala. Barulah Bank Sampah Pematang Pudu berdiri. Saya merasa, ini merupakan buah dari kesabaran saya selama ini," ujarnya.
Membantu Perekonomian Masyarakat
Sembari mengatasi persoalan sampah, Bank Sampah Pematang Pudu juga memiliki tujuan membantu perekonomian masyarakat.
Bank Sampah Pematang Pudu bahkan membentuk anggota kelompok untuk menghasilkan berbagai produk yang memiliki nilai jual. Seperti sampah plastik deterjen di sulap menjadi tas menarik, botol kaca di buat gelas, serta cangkang telur di haluskan untuk menjadi pupuk tanaman.
"Kita tidak hanya mengalakkan masyarakat untuk hidup bersih. Tetapi sampah-sampah ini juga kita olah menjadi barang yang memiliki nilai jual. Sehingga bisa menjadi tambahan penghasilan," jelasnya.
Semenjak berdirinya Bank Sampah Pematang Pudu, kini warga setempat dapat menukarkan sampah yang sudah dipilahnya menjadi uang.
"Kami ingin masyarakat tidak hanya melihat sampah sebagai limbah, tetapi sebagai sesuatu yang bisa diubah dan memiliki nilai ekonomi," sebut Lambas.
Kini kawasan Pematang Pudu telah menunjukkan dampak positif. Kawasan yang dulunya kumuh, kini sudah menjadi lebih bersih. Secara tidak langsung, juga mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Perjalanan Lambas Mengelola Bank Sampah
Kendati begitu, pria berusia 46 tahun tersebut mengakui perjalanan Bank Sampah Pematang Pudu sangat berliku. Tidak selalu berjalan lancar.
Usai diberikan bantuan pembinaan oleh Chevron pada 2015, di tahun 2017 hingga 2020 bantuan pembinaan dari Chevron itu sempat terhenti karena terkendala manajemen. Sekitar akhir 2020 baru kembali mendapatkan bantuan dari PHR.
"2017 sampai 2020 itu pembinaan dari PHR sempat terhenti. 2020 akhir, baru kembali mendapatkan bantuan pembinaan dari PHR, dengan pembinaan kedua melalui Yayasan Sahabat Cipta dan Yayasan Kumala. Kita sangat berterimakasih kepada PHR. Karena PHR kembali memberikan kepercayaan dan dukungannya terhadap Bank Sampah Pematang Pudu," katanya bersyukur.
Lambas menilai, Bank Sampah ini akan sulit berkembang kalau tidak ada bantuan dari pihak lain. Makanya ia sangat bersyukur dengan bantuan PHR.
"Sebab dukungan berbagai pihak menjadi kunci keberlanjutan program Bank sampah ini dimasa depan," tegasnya.
Bagi Lambas, resep mengelola dan mempertahankan Bank Sampah Pematang Pudu hingga kini adalah tetap semangat. Karena ia menyadari tidak mudah menimbulkan kesadaran masyarakat, apalagi saat ini Bank Sampah Pematang Pudu juga belum bisa memberikan pemasukan besar bagi anggotanya.
Akan tetapi, Lambas bersama Bank Sampah Pematang Pudu terus gigih mengedukasi masyarakat. Bahkan kini, sudah ada 1.000 lebih nasabah yang bergabung di Bank Sampah Pematang Pudu.
"Impian kami itu untuk mewujudkan Pematang Pudu bersih, karena kalau Pematang Pudu bersih, kami percaya Mandau juga bersih, begitu juga kalau Mandau bersih, Bengkalis juga bersih," imbuhnya.
Selain mengedukasi masyarakat, Lambas juga turun langsung ke sekolah-sekolah dan instansi-instansi pemerintahan untuk mengajak menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola sampah.
"Dulu sempat ada 60 sekolah bekerjasama dengan kita. Namun semenjak dilanda Covid-19, cuma tinggal sekitar 27 sekolah yang masih aktif. Rumah Sakit di Riau juga ada, itu khusus sampah non medis," ujarnya.
Tak hanya itu, Bank Sampah Pematang Pudu juga bekerjasama hampir di semua dinas. 2015, bahkan telah menjadi narasumber di Dinas Sosial, untuk mengedukasi sekitar 30 desa dan kelurahan di Bengkalis dalam pengelolaan sampah.
"Nasabah kita cukup banyak. Namun, saat ini kita belum mampu terlalu banyak mengelola Sampah. Rata-rata kita baru bisa mengelola sampah sekitar 300 sampai 500 kilogram dalam sehari. Dibanding sampah Mandau yang mencapai puluhan ton, jumlah itu masih tergolong sedikit," bebernya.
Nasabah Bank Sampah Pematang Pudu Dibuatkan Buku Tabungan
Keunikan yang di miliki Bank Sampah Pematang Pudu, yaitu setiap nasabah mendapatkan buku tabungan. Jumlah tabungan mereka bervariasi, tergantung dari banyak sampah yang mereka setor ke bank sampah.
"Masing-masing nasabah kita buatkan buku tabungan. Mereka bebas mau tarik uang mereka di buku tabungan kapanpun, kita tinggal bayarkan," sebutnya.
Bank Sampah Pematang Pudu memiliki inovasi yang patut diapresiasi. Salah satu langkah menarik yang mereka lakukan adalah menawarkan harga beli sampah yang lebih tinggi dibanding pengepul pada umumnya. Sehingga masyarakat lebih tertarik untuk menjadi nasabah.
"Di sini, kita membayar sampah nasabah itu lebih tinggi dari pengepul pada umumnya," tuturnya.
Selama mengelola Bank sampah, Lambas turut di supervisi oleh Ibu Syofia Seven yang berasal dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Riau.
"Kita juga di supervisi oleh DLHK Riau, melalui ibu Syofia Seven. Untuk itu saya berterima kasih kepada ibu Syofia Seven dan DLHK Riau, sudah terus mendampingi," tandasnya.
Ke depan, ia berharap agar Bank Sampah Pematang Pudu bisa lebih berkembang. Sehingga bisa terus menularkan dampaknya, sampai keluar Provinsi Riau.
Kesadaran Dan Kegigihan Perlu dalam Pengelolaan Bank Sampah
Syofia Seven, yang sebelumnya menjabat sebagai Kasi Pengelolaan Limbah Padat Domestik di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Riau menyampaikan pentingnya kegigihan dan semangat juang dalam mengelola bank sampah.
Menurut Syofia, pekerjaan di bank sampah lebih bersifat sosial, sehingga membutuhkan kesadaran yang kuat untuk terus menjalankannya.
"Pekerjaan ini tidak mudah, karena memerlukan upaya ekstra untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat yang cenderung masih membuang sampah sembarangan, serta kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan," ujarnya.
Sebagai orang yang mendampingi langsung pengelolaan Bank sampah, Syofia Seven paham betul bagaimana susahnya mengedukasi, untuk menimbulkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan.
"Mengubah kebiasaan masyarakat adalah tantangan besar. Kendati begitu, kita perlu memberikan edukasi ke masyarakat. Sebab, kesadaran akan kebersihan lingkungan dikalangan masyarakat masih perlu ditingkatkan," ujarnya.
Ia turut memberikan apresiasi kepada Lambas. Sebagai Direktur Bank Sampah Pematang Pudu, ia tetap semangat dalam menjalankan misinya mewujudkan Pematang Pudu bersih.
"Saya sangat mendukung apa yang telah dilakukan oleh bang Lambas. Karena saya tahu jatuh bangunnya bang Lambas dalam mengelola bank sampah ini. Semoga bang Lambas bisa terus semangat," katanya salut.
Terhadap PHR, Syofia juga mengucapkan terima kasih karena telah peduli, sekaligus memberikan dukungan fasilitas bagi pengembangan bank sampah di Riau.
"Terima kasih untuk PHR. Ini sangat penting dalam menggerakkan kegiatan pengelolaan sampah yang lebih terstruktur dan efektif di tengah masyarakat. Semoga dengan adanya dukungan berbagai pihak, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah dapat terus meningkat, demi mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat," ujarnya berharap.
Pionir Pengelolaan Lingkungan Bersih Di Riau
Sejak didirikan pada tahun 2015, Bank Sampah Pematang Pudu telah menjadi pionir dalam pengelolaan sampah di Provinsi Riau. Keberhasilannya dalam pengelolaan sampah mendorong PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan untuk memberikan dukungan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), dengan fokus utama di bidang lingkungan.
Delly Paramita, Sr. Analyst Socialist Performance PHR WK Rokan menyampaikan Bank Sampah Pematang Pudu telah berperan penting dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah secara berkelanjutan.
"Bank Sampah Pematang Pudu telah menjadi pionir. Bantuan yang kami berikan merupakan bagian dari program TJSL PHR untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan," jelas Delly.
Dalam perjalanannya yang telah mencapai sembilan tahun, Bank Sampah Pematang Pudu tidak hanya sukses beroperasi, tetapi juga menjadi role model bagi pengelolaan sampah. Kini, PHR bahkan turut mendampingi tujuh bank sampah lainnya di wilayah kerja Rokan.
"Kami kini mendampingi tujuh bank sampah, tiga di antaranya berada di Pekanbaru, yakni di Palas dan Rumbai. Ada juga di Desa Tanjung Sawit, Tapung, serta Kota Dumai, dengan Bank Sampah Pematang Pudu sebagai induknya," beber Delly.
Melihat komitmen dan konsistensi Bank Sampah Pematang Pudu, PHR berjanji untuk terus mendukung dan memfasilitasi operasional bank sampah tersebut. "Kami akan terus berkomitmen untuk mensupport bank sampah," tegasnya.
Sejak berdiri, Bank Sampah Pematang Pudu telah membina 25 unit bank sampah di sekolah-sekolah, khususnya di Kabupaten Bengkalis, serta lima unit bank sampah komunitas di luar sekolah. Bahkan dampak bank sampah ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat, tetapi juga lebih dari 30 instansi yang terlibat dalam berbagai kegiatan edukasi dan sharing session.
"Kegiatan edukasi ini tidak terbatas di Kabupaten Bengkalis, tetapi juga menjangkau hingga luar Provinsi Riau," sambung Delly.
Bank Sampah Pematang Pudu terus menunjukkan komitmen untuk menggerakkan masyarakat dalam menjaga lingkungan, dengan dukungan penuh dari PHR untuk memperluas cakupan dan dampaknya.
Melalui Delly, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Daerah. Mulai dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, serta pemerintah kabupaten, kecamatan, dan desa yang telah mendampingi Bank Sampah Pematang Pudu hingga mencapai kemajuan seperti saat ini.
"Kami mengucapkan terima kasih atas pendampingan yang diberikan Pemda selama ini," tegas Delly.
Terkhusus untuk Lambas, Delly berikan apresiasi setinggi-tingginya, karena telah menjadi sosok penggerak utama Bank Sampah Pematang Pudu Bersih. Komitmen dan dedikasinya terhadap pengelolaan lingkungan bahkan telah mendapatkan pengakuan nasional.
"Tahun lalu, Bang Lambas dinobatkan sebagai 'The Best Lokal Hero' di Industri Hulu Migas se Indonesia oleh Pertamina. Ini adalah pencapaian luar biasa yang patut dibanggakan dan semoga bisa menginspirasi banyak orang," ucapnya bangga.
Menurutnya, Bank Sampah Pematang Pudu Bersih bukan hanya menjadi pusat pengelolaan sampah, tetapi juga berperan sebagai motor penggerak perubahan perilaku masyarakat dalam menjaga dan merawat lingkungan.*
Penulis : Rivo Wijaya