Dari Sekolah ke Kehidupan: Menanamkan Pendidikan Karakter Untuk Generasi Indonesia Emas
Pendidikan sekarang ini bukan hanya merupakan sebuah rutinitas yang hanya dilakukan sehari-hari untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan semata, melainkan menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi realitas kehidupan nyata. Dalam keadaan yang penuh dengan kecanggihan teknologi, kita menyadari bahwa peserta didik tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual saja melainkan perlu adanya kecerdasaan emosional dan moral dalam menjalani kehidupan. Kita sangat membutuhkan generasi yang mampu memimpin dunia bukan hanya dengan kepintaran juga tetapi juga sangat memerlukan karakter yang unggul dan integritas yang tinggi.
Namun apakah pendidikan kita sekarang sudah benar-benar mampu menciptakan generasi yang bukan hanya pintar tapi juga memiliki integritas yang tinggi? Pertanyaan ini bukan hanya menjadi refleksi untuk kita sebagai masyarakat yang memiliki peran sebagai orang tua, pendidik, atau pun peserta didik, tetapi sebagai pemegang kekuasaan yang mampu mengontrol kebijakan yaitu pemerintah juga perlu memperhatikan hal ini.
Pertanyaan selanjutnya, apakah sekolah saat ini sudah menjadi tempat untuk peserta didik yang tidak hanya mengajarkan teori tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang esensial? Banyak fenomena yang terjadi di lapangan, peserta didik yang cerdas secara akademik tetapi sangat lemah dalam meregulasi emosi, kurang dalam etika berperilaku, dan tanggung jawab sosial. Fenomena-fenomena ini mengajak kita untuk merenungkan kembali esensi dari pendidikan itu sendiri yang sebenarnya untuk memanusiakan manusia. Bukan hanya mencetak individu yang cerdas tetapi juga menjadikan kita manusia yang seutuhnya.
Nilai-nilai karakter dalam pendidikan menjadi esensi yang sangat penting dan tidak boleh dianggap sepele. Sejatinya, pendidikan merupakan jembatan antara sekolah dan kehidupan dan karakter adalah fondasi kuat yang menjadi dasar untuk menopang pendidikan.
Konteks dan Relevansi Pendidikan Karakter
Penerapan nilai-nilai karakter dalam pendidikan memiliki peran yang sangat sentral dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Landasan empiris terletak pada nilai-nilai luhur yang terdapat pada ideologi kita yaitu Pancasila yang menjadi pedoman utama masyarakat Indonesia dalam pembentukan individu Masyarakat yang berkeadilan sosial, berintegritas, menghargai sesama, dan bermoral etika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara eksplisit menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, selain memiliki kecerdasan dan keterampilan.
Di era digital dan globalisasi, pendidikan karakter menjadi semakin relevan. Teknologi telah mengubah cara manusia berinteraksi, belajar, dan bekerja, tetapi juga menghadirkan tantangan berupa paparan informasi yang tidak terfilter, penyebaran hoaks, dan perilaku sosial yang cenderung individualistis. Di tengah perubahan nilai sosial, pendidikan karakter berfungsi sebagai jangkar moral yang menjaga generasi muda dari dampak negatif teknologi dan globalisasi. Pendidikan karakter membekali siswa dengan kemampuan untuk berpikir kritis, empati, dan tanggung jawab sosial, yang sangat dibutuhkan di era modern ini. Selain itu, dalam lingkungan yang semakin kompetitif, nilai-nilai seperti kerja sama, kejujuran, dan toleransi menjadi kunci keberhasilan, baik di tingkat individu maupun masyarakat.
Ketidakhadiran pendidikan karakter yang kuat telah memberikan dampak nyata terhadap generasi muda. Dari survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada tahun 2023 terdapat 2.355 kasus pelanggaran terhadap perlindungan anak yang terdiri dari kasus perundungan, kekerasan fisik, seksual, pendidikan, dan korban pemenuhan fasilitas pendidikan. Dari jumlah tersebut, 837 kasus terjadi di lingkungan satuan pendidikan. Selain itu, riset yang dilakukan oleh World Economic Forum (WEF) pada 2021 menyebutkan bahwa lemahnya pendidikan karakter di era digital berkontribusi pada meningkatnya kasus cyberbullying, yang memengaruhi 37% remaja di Indonesia. Kasus-kasus ini mencerminkan lemahnya penanaman nilai-nilai seperti toleransi, empati, dan tanggung jawab sosial di sekolah. Tanpa pendidikan karakter yang memadai, generasi muda berisiko kehilangan moralitas dasar yang sangat penting untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks.
Nilai-Nilai Utama yang Harus Ditanamkan dalam Pendidikan
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bermoral, dan bertanggung jawab. Dalam Peraturan Presiden R.I., Nomor 87 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.,Nomor 20 Tahun 2018 disebutkan terdapat 5(lima) nilai utama yang saling berkaitan dalam Penguatan Pendidikan Karakter(PPK). Kelima nilai utama tersebut yaitu (1) Religiusitas yaitu mengembangkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Nasionalisme yaitu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menjaga persatuan bangsa, (3) Kemandirian yaitu melatih kemandirian dalam bertindak dan mengambil keputusan, (4) Gotong royong yaitu membangun kerja sama dan solidaritas antarindividu, dan (5) Integritas yaitu membentuk kejujuran dan tanggung jawab,
Nilai-nilai karakter yang diajarkan di sekolah memiliki dampak langsung pada pembentukan jati diri generasi bangsa. Integritas membangun individu yang jujur dan dapat dipercaya, sehingga mendukung terciptanya masyarakat yang etis dan transparan. Gotong royong menanamkan sikap kolektif yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global maupun lokal, sementara empati menumbuhkan solidaritas sosial yang kuat di tengah keberagaman budaya dan pandangan hidup.
Nasionalisme, sebagai nilai yang mengakar pada identitas bangsa, menjaga keutuhan dan kebanggaan terhadap warisan budaya dan sejarah. Ketika nilai-nilai ini tertanam kuat, generasi muda tidak hanya memiliki kompetensi untuk bersaing di tingkat internasional, tetapi juga memiliki kepribadian yang mencerminkan keunggulan bangsa.
Tantangan dan Hambatan dalam Implementasi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sering kali hanya tertuang dalam dokumen kurikulum dan visi misi sekolah, namun penerapannya dalam kegiatan sehari-hari masih jauh dari harapan. Banyak sekolah berfokus pada pengajaran teoretis nilai-nilai moral tanpa memberikan pengalaman nyata bagi siswa untuk mempraktikkannya dalam kehidupan mereka. Misalnya, meskipun nilai tanggung jawab dan kerja sama diajarkan, kegiatan pembelajaran seringkali masih berpusat pada guru (teacher-centered) sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut melalui pengalaman langsung. Akibatnya, pendidikan karakter menjadi sekadar formalitas, bukan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian siswa.
Salah satu hambatan utama dalam penerapan pendidikan karakter adalah kurangnya pelatihan yang memadai bagi guru. Banyak pendidik belum memiliki keterampilan untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran sehari-hari secara efektif. Selain itu, tekanan terhadap pencapaian akademik sering kali membuat sekolah dan guru lebih fokus pada target nilai ujian daripada pengembangan karakter siswa. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang mendukung juga menjadi kendala besar. Orang tua yang terlalu sibuk atau tidak memahami pentingnya pendidikan karakter cenderung menyerahkan sepenuhnya pembentukan moral anak kepada sekolah, sementara masyarakat sekitar tidak selalu menyediakan contoh yang baik untuk ditiru oleh generasi muda.
Kesenjangan akses pendidikan karakter antara wilayah perkotaan dan pedesaan menjadi isu yang signifikan. Sekolah-sekolah di perkotaan biasanya memiliki sumber daya yang lebih baik, seperti kurikulum yang terintegrasi, pelatihan guru yang rutin, dan akses ke teknologi atau fasilitas pendukung. Sebaliknya, di daerah pedesaan, keterbatasan infrastruktur, minimnya pelatihan bagi pendidik, dan kurangnya keterlibatan masyarakat membuat penerapan pendidikan karakter sulit dilakukan secara optimal.
Lahirnya Generasi Indonesia Emas dari Pendidikan Nasional Berbasis Karakter
Lahirnya generasi Indonesia Emas pada tahun 2045, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia, menjadi visi besar yang mengharapkan terciptanya generasi yang cerdas, berdaya saing, dan berkarakter kuat. Pendidikan nasional berbasis karakter adalah fondasi penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki integritas moral dan kesadaran sosial yang tinggi. Melalui penguatan nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan cinta tanah air, pendidikan karakter membantu membangun sumber daya manusia yang tidak hanya unggul dalam aspek akademik tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan sosial.
Sebagai pembaca, kita semua memiliki peran dalam mendukung penerapan pendidikan karakter. Sebagai orang tua, mari kita menjadi teladan dengan menanamkan nilai-nilai moral di rumah. Sebagai pendidik, mari kita menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya berorientasi pada akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter.
Generasi Indonesia Emas yang lahir nantinya tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur. Sesuai tujuan Pendidikan Karakter membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikannya.
Mari bersama-sama kita mewujudkan pendidikan nasional yang mampu menciptakan generasi penerus Indonesia yang unggul secara intelektual, bermoral, dan berkontribusi untuk bangsa serta dunia. Masa depan kita bergantung pada bagaimana kita mendidik generasi hari ini. SELAMAT HARI GURU NASIONAL DAN HUT PGRI KE-79 TAHUN 2024.*
Penulis: Shanti Paramita, STP., M.Pd. (Calon Doktoral Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Bali)