Suasana kegiatan Apical "GreenFest" di Gedung M Diah. FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, Senin (25/11). (ist)
PEKANBARU - Provinsi Riau merupakan salah satu daerah penghasil kelapa sawit dan penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Kendati begitu, komoditas ini sering kali kurang mendapatkan perhatian dari generasi muda, padahal pemahaman tentang pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan sangat penting, baik dari segi ekonomi, maupun lingkungan.
Menyadari pentingnya edukasi ini, Apical, salah satu pengolah minyak nabati terkemuka, bersama Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Media Bisnis Indonesia menggelar GreenFest with Sustainable Palm Oil di Universitas Riau (UNRI), Pekanbaru. Acara ini bertujuan menginspirasi dan meningkatkan pemahaman generasi muda tentang pentingnya kelapa sawit berkelanjutan.
Beberapa pemateri ahli dihadirkan sebagai narasumber, di antaranya Dr Hermanda S.Pd., MA (Wakil Rektor III UNRI), Ir. Sakti Hutabarat, MAgrEcon (Dosen Agribisnis UNRI). Dr. Mahatma Windrawan Inantha (Deputy Director for Market Transformation, RSPO) dan Hendra Hosea (Sustainability Manager, Apical).
Kegiatan yang dihadiri 500 mahasiswa lintas jurusan di Gedung M Diah, FKIP UNRI, dibuka dengan keynote speech Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNRI, Dr. Hermanda, yang menekankan pentingnya pemahaman atas kelapa sawit berkelanjutan agar setiap orang dapat dengan bijak melihat ketika terjadi sorotan internasional.
"Ini penting. Apalagi edukasi seperti ini dapat membantu mahasiswa memahami potensi dan tantangan industri sawit, terutama dalam menghadapi sorotan internasional," ungkap Hermanda, Senin (25/11).
Dr. Mahatma Windrawan Inantha dari RSPO menekankan pentingnya memberikan informasi akurat kepada generasi muda, terutama di tengah arus informasi yang sering kali bias. "Generasi Z memiliki peluang besar untuk menjadi agen transformasi menuju masa depan yang lebih hijau. Pemahaman tentang praktik berkelanjutan, sertifikasi industri, dan peran petani sawit sangat krusial," terangnya.
Hal senada juga disampaikan Ir. Sakti Hutabarat, yang menekankan pentingnya penerapan Good Agricultural Practices dan Good Management Practices dalam proses budidaya dan pengolahan kelapa sawit.
"Dengan perubahan iklim yang menjadi tantangan global, pengelolaan sawit yang memperhatikan keberlanjutan menjadi kunci untuk menciptakan keseimbangan antara produksi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial," sebut Sakti.
Sementara itu, Hendra Hosea, Sustainability Manager Apical mengajak generasi muda untuk memahami pentingnya minyak sawit dalam kehidupan sehari-hari.
"Mungkin kita tidak sadar bahwasanya banyak produk yang kita gunakan setiap hari, seperti minyak goreng, kosmetik, dan produk rumah tangga, berasal dari minyak sawit. Dengan mendukung keberlanjutan industri ini, kita ikut menjaga masa depan lingkungan dan ekonomi Indonesia," jelas Hendra.
Hendra menyampaikan, Apical juga mendukung petani dalam memperoleh Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) serta mencapai sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Apical akan berkolaborasi dengan pemasok untuk mencapai 100 persen rantai pasokan yang sesuai dengan kebijakan Tanpa Deforestasi, Tanpa Gambut, dan Tanpa Eksploitasi (NDPE). "Apical juga bermitra dengan pemasok untuk melestarikan hutan dan lahan gambut seluas 150.000 ha di dalam lanskap area Apical pada tahun 2030," terangnya.
Hendra mengatakan ada dua target yang bertujuan untuk mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. "Diantaranya yaitu mengurangi 50 persen intensitas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam produksi kami pada tahun 2030. Dan mencapai netral karbon pada tahun 2050," sebutnya.
Kemudian untuk kemajuan inklusif, tambahnya, juga ada dua target yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan melalui inisiatif yang disesuaikan.
"Pertama mendukung masyarakat melalui 30 Desa Berkelanjutan atau Sustainable Living Villages (SLV) pada tahun 2030. Dan mendukung 5.000 petani swadaya untuk mencapai sertifikasi pada tahun 2030," bebernya.
Dijelaskannya, Apical adalah salah satu perusahaan pengelola dan pengekspor minyak sawit terbesar di Indonesia. Dengan memproduksi dan mengekspor produk turunan minyak sawit, seperti Makanan, Oleokimia dan Biodiesel. "Di sisi lain, Apical juga terlibat dalam pemurnian minyak sawit, pemrosesan minyak sawit, dan perdagangan minyak sawit," tuturnya.
Aang Ananda S, Kepala Perwakilan Bisnis Indonesia Pekanbaru menyampaikan bahwa Bisnis Indonesia bersama pihak terkait akan berkomitmen terhadap tata kelola industri sawit, agar kita tetap bisa menikmati industri sawit kedepan.
"Untuk itu, semoga dengan digelarnya acara ini, dapat memberikan pencerahan bagi kita semua. Sehingga kita juga bisa menjaga industri sawit untuk kedepan. Terlebih Riau merupakan penyumbang devisa terbesar di Indonesia melalui komoditas sawit," tukasnya.
Dalam kegiatan tersebut, seluruh peserta terlihat antusias berinteraksi dengan para narasumber, guna menggali lebih dalam tentang prospek dan tantangan industri kelapa sawit. Acara ini juga dimeriahkan dengan diskusi terbuka dan kuis interaktif berhadiah menarik, yang semakin memotivasi peserta untuk memahami materi lebih mendalam.
Sebagai informasi, GreenFest UNRI ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan serupa yang sebelumnya telah digelar di Universitas Trisakti dan Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta. Ke depannya, acara ini akan terus diadakan di berbagai universitas lain di Indonesia, khususnya di wilayah tempat Apical beroperasi seperti Balikpapan, Padang, dan Dumai.
Melalui GreenFest, Apical dan RSPO berharap generasi muda Indonesia dapat menjadi motor penggerak keberlanjutan industri kelapa sawit, memahami tantangan yang ada, sekaligus memanfaatkan peluang besar yang ditawarkan industri ini.*