GAZA CITY - Gempuran udara Israel ke wilayah Gaza terus berlanjut dan memicu lebih banyak korban jiwa. Sedikitnya 32 warga Palestina, termasuk seorang bocah berusia 7 tahun, tewas akibat serangan udara Israel yang ditargetkan terhadap posisi militan Jihad Islam di wilayah Gaza sejak Selasa (12/11) waktu setempat.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (14/11/2019), jumlah korban tewas akibat gempuran udara Israel ke Gaza hingga kini mencapai 32 orang. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 16 korban tewas di antaranya merupakan anggota kelompok militan setempat.
Disebutkan Kementerian Kesehatan Gaza bahwa korban tewas juga termasuk enam warga Palestina yang masih satu keluarga. Mereka dilaporkan tewas saat serangan udara Israel mengenai rumah mereka di kota Deir al-Balah, Gaza bagian tengah, pada Kamis (14/11) pagi waktu setempat. Terdapat juga seorang wanita, seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun dan dua anak-anak lainnya di antara korban tewas.
Konflik terbaru ini pecah setelah Israel pada Selasa (12/11) pagi menewaskan seorang komandan senior militan Jihad Islam, Bahaa Abu el-Atta (41), dalam serangan udaranya. Otoritas Israel menyebut Abu el-Atta bertanggung jawab atas rentetan serangan roket dan merencanakan serangan skala besar lainnya.
Militan Jihad Islam, yang didukung Iran, bersumpah membalas serangan Israel. Mereka menembakkan roket-roket ke wilayah Israel, dengan beberapa roket di antaranya dilaporkan menjangkau wilayah Tel Aviv. Hal ini membuat Israel melancarkan lebih banyak serangan udara ke wilayah Gaza.
Hingga Rabu (13/11) malam waktu setempat, militer Israel mengklaim ada 360 roket yang ditembakkan dari Gaza ke wilayahnya. Namun sejauh ini tidak ada korban jiwa dari pihak Israel. Diklaim Israel bahwa sekitar 90 persen roket yang ditembakkan ke wilayahnya berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iron Dome.
Pemimpin militan Jihad Islam, Ziad al-Nakhalah, dalam wawancara pada Rabu (13/11) malam menyatakan pihaknya siap melakukan gencatan senjata jika Israel menerima 'syarat-syarat' yang diajukan, termasuk agar Israel berhenti menargetkan pemimpin kelompok militan di Gaza.
"Jika kita mencapai sebuah kesepakatan, saya bahkan bisa mengumumkan gencatan senjata lewat telepon," ucap Al-Nakhalah.
Secara terpisah, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa militan Jihad Islam di Gaza akan 'menghadapi lebih banyak serangan' jika tidak menghentikan serangan roket ke wilayah Israel. "Mereka (Jihad Islam-red) memiliki satu pilihan: untuk menghentikan serangan ini atau hadapi lebih banyak lagi serangan. Pilihan mereka," tegas PM Netanyahu dalam pernyataan saat rapat kabinet pada Rabu (13/11) waktu setempat.
Namun PM Netanyahu juga menyatakan dirinya berharap agar pertempuran berakhir dengan cepat. "Kami tidak berniat memperluas eskalasi tapi kami akan melakukan apapun yang diperlukan untuk mengembalikan ketenangan dan keamanan bagi warga Israel, termasuk warga di wilayah selatan," ujarnya.
Hamas, kelompok militan yang lebih besar dan lebih kuat yang menguasai Gaza, sejauh ini menghindari terlibat dalam pertempuran Israel dan Jihad Islam. Hal ini, sebut Associated Press, mengindikasikan pertempuran ini tidak akan berlangsung lama.*